PENGARUH
BAHASA GAUL TERHADAP MASYARAKAT
BINUANGEN WANASALAM
STKIP SETIA
BUDHI RANGKASBITUNG
Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi yang arbiter. keberadaannya bersifat alamiah maupun yang
keberadaannya karena disengaja. Berdasarkan hal itu, lingkungan bahasa dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: lingkungan bahasa alamiah (informal) dan
lingkungan bahasa tidak alamiah (formal), (Huda, 1999). Jika fokus pembicara
adalah isi komunikasi, lingkungan bahasa itu disebut alamiah; jika fokus
pembicara adalah bentuk bahasa, lingkungan bahasa itu disebut tidak alamiah
(Dulay dan Burt, 1982). Fungsi bahasa dalam masyarakat tersebut ada tiga yaitu: alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, Alat
untuk bekerja sama dengan sesama manusia, Alat mengidentifikasi diri, Macam dan
jenis ragam bahasa.
Loyalitas-bahasa
penutur bahasa daerah terhadap bahasanya mengalami penurunan, terutama pada
ranah keluarga. Padahal, dari keluargalah, terutama, anak memperoleh bahasa
itu. Kondisi ini perlu diatasi. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan upaya
melalui pengajaran. Alternatif pertama, terutama dari TK sampai dengan kelas
III SD, bahasa daerah perlu dijadikan bahasa pengantar pembelajaran. Di samping
itu, sebagai alternatif kedua, di dalam pengajaran bahasa daerah itu sendiri,
perlu diterapkan pendekatan komunikatif. Melalui salah satu atau kedua cara
itu, akan tercipta lingkungan baru penggunaan bahasa daerah sebagai pelengkap
atau pengganti lingkungan penggunaan bahasa daerah pada ranah keluarga.
Lingkungan baru inilah yang akan menciptakan input untuk anak maupun mendorong
terciptanya out put dari anak yang keduanya diperlukan bagi terjadinya
pemerolehan bahasa daerah. Hanya saja, untuk melakukan upaya pertama, bahasa
daerah perlu dikembangkan lebih lanjut; sementara, untuk melakukan upaya kedua,
fokus pengajaran bahasa daerah perlu dibatasi, di samping perlunya peningkatan
mutu guru bahasa daerah yang telah ada dan pengadaan guru bahasa daerah yang
baru melalui pendidikan formal.
Kata-kata kuncinya adalah: bahasa daerah, pengajaran, bahasa pengantar, pendekatan komunikatif.
Kata-kata kuncinya adalah: bahasa daerah, pengajaran, bahasa pengantar, pendekatan komunikatif.
Daerah Banten menyimpan banyak sekali keindahan tempat wisata.
Binuangeun termasuk salah satu kawasan wisata di daerah Banten Selatan.
Binuangeun lebih cocok disebut sebagai kawasan wisata pantai karena disitu
terdapat banyak pantai mulai dari pantai berpasir hingga pantai karang. Pantai
Karang Malang dan panyai Tanjung Panto adalah sebagian pantai yang berlokasi
dalam Binuangeun. Binuangeun belum terlalu terkenal di kalangan wisatawan baik
domestik maupun asing. Sekalipun belum cukup mencuat namanya di kalangan
wisatawan namun Binuangeun cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berasal
dari daerah sekitar, utamanya saat libur nasional maupun liburan sekolah.
Binuangeun sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi bersama keluarga
besar. Binuangeun
selain memanjakan diri para pengunjungnya dengan sajian pantai yang alami dan
indah, bagi pengunjung yang gemar memancing pun sangat cocok untuk memancing
disini. Binuangeun merupakan penghasil ikan terbesar di daerah Banten. Berbagai
macam ikan serta jumlahnya yang tak terhingga, tersimpan dalam birunya air laut
Binuangeun. Sejak dahulu Binuangeun selalu dipenuhi oleh pemancing-pemancing
mulai dari pemancing yang biasa hingga pemancing yang telah handal dan
berpengalaman. Sebutan surga untuk para pemancing pun telah disandang oleh
Binuangeun. Pemandangan yang unik di Binuangeun yaitu banyak tempat pelelangan
ikan lengkap dengan perahu-perahu nelayan. Tempat pelelangan ikan tersbeut juga
melayani pengunjung yang ingin membeli. Jadi di Binaunegun pengunjung dapat
menikmati keindahan ditepi pantai sembari membakar ikan.
Dalam konteks kebahasaan ini, peneliti menemukan gejala
menurunnya eksistensi bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangna remaja karena
pengaruh moderinasasi, menurut penuturan narasumber yaitu herni mengatakan
bahwa remaja kebanyakan turut menggunakan bahasa frokem atau gaul dalam berkomunikasi, hal ini
muncul tak hanya berasal dari interaksi sesama remaja saja. Namun pengaruh dari pendatang yang singgah atau tinggal menetap
disana yang sering menggunakan bahasa prokem tersebut. Sehingga remaja turut
mengikuti gaya bahasanya hanya untuk mengikuti trend dan takut untuk disebut
ketinggalan jaman.
Menurut eko yang juga salah satu remaja binuangeun
mengatakan bahwa bahasa frokem/gaul yang digunakan remaja binuangeu tak jauh
beda dengan remaja yang berada diperkotaan, Karena bahasa gaul tersebut cepat
mudah diserap oleh remaja saat ini.
Namun sumber lain seperti pak cakraman mengatakan bahwa bahasa yang
mereka gunakan itu hanya untuk memahami apa yang pendatang atau lawan bicara
katakana dan tepatnya untuk mempermudah komunikasi saja apa yang mereka
ucapkan. Namun mereka tetap menggunkan logat asli bahasa daerah binuangeun.
Itulah beberapa fenomena kecil dari eksistensi bahasa frokem atau gaul yang
digunakan oleh remaja binuangeun sebagian besar dan elemen masyarakat lain yang
sebenarnya turut menghilangkan kualitas bahasa Indonesia dan pamor bahasa
daerah disana.
Salah
satu dampak dari pembangunan dan perkembangan jaman adalah modernisasi, di mana
segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date. Dampak dari
modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, entah itu cara berpakaian,
cara bertutur kata, cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju dan
lain-lain. Gaya hidup yang mengarah pada modernisasi tersebut biasanya tampak terlihat
pada kalangan masyarakat (remaja) yang berada pada jenjang pendidikan SMA
sampai Perguruan Tinggi. Mereka yang ingin diakui sebagai remaja jaman sekarang
yang gaul, funky, keren tidak ragu untuk menunjukkan identitas mereka melalui
gaya hidup yang modern. Contoh
kecilnya kata “Pede” (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya
seorang untuk percaya diri, namun ironisnya, himbauan, saran atau perlunya
seorang untuk bersikap percaya diri ini juga cenderung tidak dibatasi oleh
norma-norma tadi. Misalnya seorang gadis memakai rok mini
dan memakai baju you can see disarankan untuk pede dengan pakaiannya itu.
Bahkan bisa jadi si gadis memang mersa lebih pede dengan model pakaian
demikian.”Pede aja lagi!” begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain
yang menunjukan perlunya seseorang untuk pede namun tetap normlesness seperti
tadi. Sebab ukuran pede yang seharusnya
berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral dan agama, terkikis oleh hal-hal
yang bersifat fisik dan kebendaan. Ukuran pede seperti itu , jelas tidak
bermutu, selain itu juga keliru. pasalnya
pemahaman pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi
nilai-nilai akhlak. Buakn karena landasan fisik dan kebendaan semata. contoh penggunaan ungkapan “pede aja
lagi” yang baik dan benar : “kalau sudah belajar, pede aja lagi”, “kalau kita
berada dalam kebenaran, pede aja lagi”, “kalau sudah berpakaian sopan, pede aja
lagi”.
Contoh lain, Ungkapan gaul dong! Ungkapan ini biasanya digunakan anak
muda untuk mengejek teman yang kurang mengetahui dan mengikuti informasi yang
berkembang saat ini. Jika perkembangan informasi itu baik dalam artian positif
dan itu berguna bagi kita memang harus mengikutinya, tapi jika tidak, cukup
untuk kita ketahui saja. Ungkapan gaul dong dapat kita gunakan untuk hal yang
baik seperti : “sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, gaul dong dengan
buku!”, “masak remaja muslim gaulnya seperti itu? Gaul dong dengan remaja
masjid”. Ungkapan
kasihan deh, lo! Ungkapan
ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless. Sebab ungkapan
tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat. Sebagai contoh,
seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap : “kasihan deh,
lo!”. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku lainnya yang
sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai denagn nilai atau
norma-norma agama. Misalnya karena tidak pernah turun ke diskotik lengkap
dengan ngedrink, atau paun perilaku negatif lainnya yang sudah
menjadi bagian dari hidup remaja, bisa
juga ungkapan “kasihan deh, lo!” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak
mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk
diketahui. contoh
penggunaan ungkapan “kasihan deh, lo!” yang baik : “kasihan deh, lo! Masak
ngaku pelajar atau mahasiswa tapi berurusan dengan polisi (karena terlibat
narkoba misalnya)”, “Masak seorang muslim tidak bisa baca Al Quran. Kasihan
deh,lo!
Bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum.
Bahasa gaul sering digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di
lingkungan sosial bahkan dalam media populer sedangkan bahasa daerah
tersisihkan seiring berkembangnya jaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar